PENERAPAN LARANGAN KAWIN SESUKU PADA MASYARAKAT ADAT MINANGKABAU (STUDI KASUS DI NAGARI AIA MANGGIH KECAMATAN LUBUK SIKAPING KABUPATEN PASAMAN)

Authors

  • Suci Miftahul Aina Indriani Fakultas Hukum Universitas Brawijaya

Abstract

Suci Miftahul Aina Indriani, Fitri Hidayat, Rumi Suwardiyati

Fakultas Hukum Universitas Brawijaya

Jl. MT. Haryono No. 169 Malang

e-mail: suciaina@student.ub.ac.id

 

Abstrak

Penelitian ini mengkaji penerapan hukum adat terkait larangan perkawinan sesuku di Nagari Aia Manggih, Kecamatan Lubuk Sikaping, Kabupaten Pasaman, Provinsi Sumatera Barat. Meskipun adat Minangkabau mengamanatkan eksogami (perkawinan antarsuku), praktik perkawinan sesuku masih terjadi. Penelitian ini bertujuan untuk : (1) Untuk menganalisis penerapan larangan kawin sesuku pada masyarakat adat Minangkabau di Nagari Aia Mangih Kecamatan Lubuk Sikaping Kabupaten Pasaman, (2) Untuk menganalisis kendala yang dihadapi dalam penerapan larangan kawin sesuku pada masyarakat adat Minangkabau di Nagari Aia Mangih Kecamatan Lubuk Sikaping Kabupaten Pasaman. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum sosio legal dengan pendekatan yuridis sosiologis. Data primer diperoleh dari wawancara dengan ninik mamak dan pasangan yang melanggar larangan perkawinan sesuku, data sekunder dari Undang-Undang Nan Duo Puluah, serta data tersier dari buku, skripsi, dan jurnal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan larangan kawin sesuku tidak berjalan dengan efektif, dengan kendala utama meliputi hukum adat Minangkabau di Nagari Aia Manggih tentang larangan kawin sesuku tidak tertulis sehingga lebih mudah dikesampingkan dan hukum adat dianggap sudah tidak relevan dengan perkembangan zaman. Faktor ketidakseimbangan kekuasaan ninik mamak, penegakan hukum terhadap pelaku perkawinan sesuku yang tidak tegas, perbedaan pendapat, serta keterbatasan pengetahuan  juga menjadi kendala dalam penerapan hukum ini.

Kata Kunci: Hukum Adat Minangkabau, Penerapan Hukum, Perkawinan Sesuku

 

Abstract

This research studies the implementation of adat (customary) law regulating marriage of the same tribe in Nagari Aia Manggih, the District of Lubuk Sikaping, the Regency of Pasaman, the Province of West Sumatera. Although the customary law of Minangkabau allows exogamy (intertribal marriage), same-tribe marriage still takes place. This research aims to investigate the implementation of the law banning same-tribe marriage in the Minangakbau community in Nagari Aia Manggih, the District of Lubuk Sikaping, the Regency of Pasaman and analyze the impeding factors faced in the implementation of the same-tribe marriage prohibition in the community concerned. This research employed a socio-legal method and socio-juridical approach. The primary data were obtained from interviews with ninik mamak and the couple violating the prohibition of same-tribe marriage, while the secondary data were taken from the local law of Nan Duo puluah and the tertiary data from books, thesis, and journal. The research results reveal that the implementation of prohibition of same-tribe marriage is not effectively implemented because the adat law concerned is not written and is deemed no longer relevant to the present time. This issue is also triggered by an imbalance of power between ninik mamak, law enforcers, and the couples of the same-tribe marriage. Dissenting opinions and poor knowledge also come as the causal issues in the implementation of the customary law.

Keywords: Customary law of Minangkabau community, Implementation of the law, Same-tribe marriage

Published

2024-03-18

How to Cite

Indriani, S. M. A. (2024). PENERAPAN LARANGAN KAWIN SESUKU PADA MASYARAKAT ADAT MINANGKABAU (STUDI KASUS DI NAGARI AIA MANGGIH KECAMATAN LUBUK SIKAPING KABUPATEN PASAMAN). Brawijaya Law Student Journal. Retrieved from http://hukum.studentjournal.ub.ac.id/index.php/hukum/article/view/5782

Issue

Section

Articles